Kamis, 18 Desember 2008

Tribun Pontianak Euy....



Sejak 7 April 2008, aku mengenal satu keluarga yang bernama Tribun Pontianak.
Anggotanya lucu-lucu, tapi yang identik sih orang-orang gendut khas Tribun Pontianak...hehehehe...
Ada mentor-mentor yang selalu ku anggap sebagai orangtua.
Pak Ronald Ngantung yang kebapakan dan mengajarkan aku tentang cara menulis features.
Om Albert yang selalu ku sapa dengan Om karena begitu dekat denganku.
Daeng Andi Asmadi, sosok bugis yang selalu menyapaku dengan adik.
Babe Adrizon, orang padang yang lutchu buanget...

Selain mereka, ku kenal juga dengan beberapa nama teman yang hebat dan wartawan yang berkualitas. Kak Fitri yang mendedikasikan masa mudanya untuk menulis. Atau Zami dan Rozi yang jauh-jauh dari Pekanbaru untuk membantu membangun Tribun Pontianak. Ada Arthur, Kak Dian, Bang Akim, Bang Aciiim, Bang Endi, Bang Didit yang mau membagi ilmunya di dunia kejurnalistikan. Ada juga Devi, Kak Uli, Nina, Danila, Ishaq, Galih, Bram, Mas Dekky, Agung, Iin, Jamadin, Dasa, dan masih banyak lagi yang selalu berbagi ceria dalam aktivitas kejurnalistikan.

Serta Dika, Mahoed, Inggo, Dayat, Bang Hendro, Bang Reno, yang akhirnya ku kenal sebagai Para LayOuter dan Design Grafis. Dan masih banyak lagi temen2 Tribun dari daerah lainnya yang terus menjalin pesahabatan dengan bertandang ke kota Khatulistiwa yang ku cintai. Dan yang tidak disebut jangan marah ya...

Satu-satu di antara kami pun banting stir dengan meninggalkan TP. Akhirnya, pada 15 November, aku ambil langkah untuk meninggalkan Tribun Pontianak. Tujuanku, untuk meraih mimpi dan harapan...

Ku akui, aku merindukan mereka. Meski tidak bersama saat ini, mereka adalah kenangan, keceriaan, kebahagiaan, dan ilmu yang terus membekas di hatiku.

Kepada kalian....
I misz u all...
Thanks for being my frens always...

1 komentar:

gila^ontel mengatakan...

Begitulah.. datang dan pergi seperti sebuah kewajiban. Sementara tidak memiihpun adalah sebuah pilihan. Sejatinya, apapun pencapaiannya sebuah ikatan persaudaran, bahkan pertemanan sekalipun tidak akan lekang dimakan usia. Dia bertahan karena ada cinta, rindu, dan segala emosi dalam dada.
Seperti kami yang masih terus menatap kursi kosong yang ditinggalkan, Daevfy, Ririn, dan Bram...(soalnya, dekky, Rachmat, Agung, dan Fitri kursinya tertinggal di tempat latihan he he).
Satu yang tak terbantah..temen-temen yang memilih jalan lain, jadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan Tribun Pontianak yang masih seumur jagung..
I miss U, we miss u..