Selasa, 30 Desember 2008

Air Susu di Jalur Gaza Terhenti

Entahlah...bagaimana penilaian tentang tulisanku ini. Aku hanya ingin mencoba membuka mata hati diriku sendiri dan teman-teman tentang apa yang terjadi di negara sahabat kita di Palestina, pasca Agresi Israel. Saya yakin, tulisan fiktif ini masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan. Karena itu, saya dengan sangat senang hati, terbuka menerima berbagai kritikan dan saran. Terimakasih atas perhatiannya.


Desingan suara peluru mulai meredam. Suara tangis anak-anak berganti isak yang tertahan. Hiruk pikuk kaki manusia yang terbirit-birit mencari tempat yang aman seolah terhenti oleh waktu. Suara adzan menyebut asma Allah terasa pilu. Bekas peluru tajam yang dimuntahkan pesawat perang milik Israel meratakan bangunan di depan mataku.
“Ya Allah. Ada apakah ini sebenarnya,” tanyaku dalam hati.
Pertanyaanku sesak tak tersuarakan. Seorang ibu dengan wajah merah karena darah tengah menggendong bayi mungilnya. Mungkin, bayi itu baru lahir, pikirku. Warna kulitnya masih memerah. Matanya terpejam, namun tetesan airmatanya masih membekas di pipinya yang lembut. Sesakku kian menjadi kala ku melihat sang bayi yang ternyata perempuan itu menggerakkan mulutnya. Sesekali mulutnya menganga, mungkin ia haus, pikirku.
Ibu yang masih menggendong bayi dalam pelukannya tak menghiraukan permintaan sang mungil. Wajahnya merunduk ke arah buah hatinya. Selintas, wajah mereka serupa. Berkulit putih, hidung mancung, alis bak semut beriring. Bola mata sang bayi berwarna coklat, sedangkan ibu …
Aku tak bisa melihat bola matanya. Ku coba tuk tatap matanya. Masa’ sih ibu tak menyadari bahwa bayinya memerlukan air susunya. Ku coba tuk tatap mata sang ibu, tidak sopan, tapi tak apalah. Aku penasaran. Ku arahkan pandanganku ke arah matanya. Yah, benar. Bola matanya coklat. Tapi, kenapa bola matanya tidak bergerak. Tidak bereaksi padaku yang kini ada di hadapnya.
Ku raih tangan yang masih menggendong permata kehidupannya. Terkulai. Puteri kecil itu diam tanpa suara. Bola matanya bergerak, seolah mencoba tuk mengerti apa yang terjadi pada dirinya. Bibirnya masih mencari sumber penghidupan dari sang bunda.
“Ummi, ummi,” sapaku sembari menggoyangkan tubuh wanita yang mengenakan burqah warna hitam itu. Tapi wanita berbibir merah itu tidak menjawab. Tubuhnya bergoyang lemas ketika ku sentuh pundaknya. Pikiranku kalut pada semua kemungkinan yang terjadi pada wanita di depanku ini. Selintas, ku pandangi bayi mungil yang masih dipeluknya.
Sontak aku tersadar ketika ku lihat warna hitam yang begitu pekat di dada kanan sang ibu. Hitamnya lebih gelap daripada bagian pakaiannya yang lain. Ku beranikan diri tuk sentuh warna tersebut. Masya Allah, darah. Iya, warna pekat itu ternyata darah. Sadar apa yang terjadi, ku sentuh wajah wanita yang bersandar pada dinding masjid di Jalur Gaza ini.
“Innalillahi wa inalillahi raji’un. Air susu untuk bayi mungil ini telah terhenti,” ucapku setelah menyadari bahwa perempuan tersebut tewas di antara desingan serbuan tentara Israel ke Jalur Gaza ini.
Sangat tidak berperikemanusiaan tentara Shimon Perez ini. Ibu yang tengah menyusui bayinya pun menjadi korban keganasan timah panas yang dimuntahkan. Apa tidak cukup, anak-anak terpisahkan dari ayah yang mengorbankan diri mereka. Apa tidak cukup mereka membuat kehancuran, meratakan bangunan. Bahkan Masjidil Aqsa pun mereka samarkan dengan keberadaan Dome of Rock, untuk mengelabui umat Muslim dunia. Kini, mereka pun menghentikan tetes demi tetes air susu sang bunda, sumber penghidupan dan rahmat dari Sang Kuasa untuk bayi-bayinya.
Dan akankah bangsa arab membiarkan semakin banyak bayi yang harus kehilangan rahmat tersebut. Akankah umat muslim dunia dapat membela hak-hak mereka yang terhenti beserta nyawa sang bunda yang menemui ajal. Masihkah Mesir berkhianat menutup jalur bantuan untuk mereka. Masihkah Amerika Serikat mengatakan agresi Israel pada rakyat palestina yang tidak berdosa dianggap sebagai penyelamat dunia.

Minggu, 28 Desember 2008

So Damn Israel. Negara Tanpa Hati.

Pertama kali ku dengar berita tentang peristiwa penyerangan Israel terhadap Palestina, aku sempat terperangah. “Kurang ajar banget tuh Israel,” umpatku dalam hati. Serangan tersebut dilakukan Negara sahabat Amerika Serikat ini melalui jalur udara. Bagaimana tidak kurang ajar jika penyerangan yang dilakukan Israel tersebut menewaskan sekitar 275 warga, demikian yang diberitakan www.okezone.com edisi Minggu, 28 Desember 2008. Sebagian besar korban kebiadaban tersebut adalah warga sipil.
Israel yang dilansir oleh okezone mengatakan, penyerangan tersebut untuk memberikan pelajaran kepada tentara Hamas, tentara yang selalu membela kebebasan Bangsa Palestina dari kebiadaban zionis Israel. Menurut Israel seperti yang tertulis di website media Indonesia tersebut, Israel bermaksud memberikan pelajaran kepada Hamas, karena selama ini Israel menganggap Hamas memiliki lokasi yang merupakan kantong bakal peluncuran roket. Bagi Israel, roket tersebut merupakan senjata berbahaya yang perlu dibasmi dan mengancam kehidupan manusia di bumi.
Tidak cukup. Perdana Menteri Israel Ehud Olmert seperti yang dilansir Reuters, Minggu (28/12/2008), akan menggerakkan pasukan angkatan daratnya untuk menjangkau lokasi tersebut. “Kami melakukan pembalasan yang dilakukan oleh militant Gaza. Mereka membombardir kami dengan roket. Ini merupakan pembalasan. Ada saatnya kami diam, dan ada waktunya kami membalas. Sekarang waktunya bertempur,” katanya.
Selama serangan Minggu pagi (28/12), jet-jet tempur Israel sudah menewaskan tiga warga sipil. Misil-misil ditembakkan dari udara ke arah markas kantor polisi Gaza. Sementara itu kementerian departemen pertahanan Israel merilis video serangan udara yang diklaim tepat sasaran. Israel mengnincar fasilitas peluncuran roket-roket Hamas yang berada di bawah tanah. Untuk menjangkau fasilitas tersebut, Israel menggunakan misil yang tak hanya membunuh ratusan warga sipil, namun juga meratakan bangunan-bangunan di sekitarnya.
Akibat serangan ini, Hamas bersumpah akan melakukan penyerangan balik terhadap Israel. Wajar, saya rasa, hal tersebut dilakukan para pejuang Palestina. Bahkan, mereka juga menetapkan perang intifadah terhadap Negara yang dipimpin oleh Presiden Shimon Perez itu. Perang sampai titik darah penghabisan untuk membela rakyat Palestina yang semakin lama kian menjadi korban kekerasan perang.
Saya sebagai seorang manusia setuju dengan Wakil Presiden Indonesia, Muhammad Jusuf Kalla, mengecam tindakan kebiadaban Israel. Kutukan paling buruk memang pantas diberikan kepada Israel. Jikalaupun memang Hamas memiliki perlengakapan persenjataan secanggih itu, kenapa harus Israel yang melakukan penghukuman terhadap Negara yang pernah dipimpin oleh Yasser Arafat tersebut. Jika persenjataan milik Hamas tersebut membahayakan dan mengancam kehidupan manusia, kenapa warga sipil harus menjadi korban penghukuman yang mungkin ditujukan kepada pemilik senjata itu.
Yang lebih mengherankan lagi, kenapa harus Israel dan tentaranya yang melakukan penghukuman itu. Kenapa Amerika Serikat melakukan veto untuk merintangi usaha PBB menghentikan penyerangan yang dilakukan Israel terhadap Palestina.
Anehnya lagi, Negara-negara di Liga Arab diam ketika saudaranya menjadi korban kebiadaban Israel. Wajar jika masyarakat Arab melakukan aksi demo mengecam kebiadaban Israel sekaligus memperingatkan Liga Arab untuk tidak sekedar diam atau tutup telinga terhadap penderitaan warga tidak bersalah yang menjadi korban. Saat ini, LIga Arab diharapkan untuk tidak diam. Karena kediaman saat ini menyatakan bahwa Liga Arab yang terdiri dari banyak Negara di tanah Arab lemah menghadapi satu Negara yaitu Israel.
Sebagai seorang wanita, saya lebih memikirkan nasib anak-anak yang menjadi korban perang. Entah berapa banyak anak-anak yang harus hidup dengan tubuh yang tidak sempurna. Entah berapa banyak anak-anak yang hidup di antara desingan peluru tajam yang berbahaya. Entah berapa anak-anak yang rindu pada ayahnya yang telah tewas akibat perang, bahkan kebanyakan dari mereka adalah pejuang bangsa. Entah berapa banyak bayi yang haus air susu ibunya, karena sumber kehidupannya itu terhenti, sang ibu tewas tertembak peluru tajam.
Israel memang tak berprikemanusiaan. Tak punya hati. Seolah petingginya tidak pernah memiliki anak, istri, dan bunda. Sehingga mereka begitu tega menjadikan warga Palestina sebagai korban, dengan dalih untuk menghancurkan senjata canggih yang dimiliki tentara Hamas. Tepatlah rasanya jika kupilih kata Kurang Ajar untuk Israel.

Senin, 22 Desember 2008

Pertahanan Seorang Ibu



Seorang ibu sedang mengais sebuah tempat sampah. Pakaian putihnya yang lusuh mungkin telah beberapa hari tidak dicuci. Kalaupun dicuci, mungkin saja tidak pernah menggunakan sabun detergent yang harum ataupun yang memiliki system anti bakteri. Lihat saja, warna putih itu memudar menjadi warna kecoklatan.
Keringatnya menetes di dahi hingga ke pipinya. Di punggungnya, tergendong sebuah keranjang berisikan onggokan sampah plastic. Meskipun, keranjang rotan yang telah bertampalkan selotip hitam itu hampir terisi penuh, ia tetap berusaha untuk memasukkan botol-botol plastic ke dalamnya.
Di usap kening dan pipinya. Terlihat ia sedang menelan air liurnya sendiri sehingga kulit lehernya seolah bergeser. Ditatapnya langit yang mulai menampakkan senja merah di ufuk barat. Ternyata hari mulai petang.
Ia pun mengayunkan langkah kakinya. Setibanya di sebuah rumah yang halamannya berisikan banyak tumpukan sampah, ia pun meletakkan pendapatannya ke timbangan.
“Yup. Pendapatan kamu lebih banyak hari ini, Bu Mina. Lumayan, dapat tiga puluh ribu rupiah. Ini duitnya ya,” kata si bos barang bekas tersebut, sembari memberikan tiga lembar uang sepuluh ribuan ke Ibu penggaruk sampah itu.
Melihat uang yang ada di tangan keriputnya, mata sang ibu tampak berbinar. Ia segera mengucapkan terimakasih pada si bos. Langkah kakinya pun segera ia ayunkan ke rumahnya. Bukan. Rumah itu tidak layak disebut rumah. Bentuk tiangnya condong ke arah kiri. Beberapa gentengnya mulai peot. Sangat tidak serasi jika dibandingkan dengan perumahan komplek yang ada di balik tembok pembatas kasta si kaya dan si miskin.
Langkah kakinya begitu ringan. Tidak terasa sebelum maghrib, ia tiba di rumah peninggalan suami yang terlebih dahulu meninggalkannya menghadap Yang Maha Kuasa itu. Dibuka pintu yang mengeluarkan suara yang berdecit. Ia pun masuk ke dalam satu-satunya kamar tidur yang ada di pondok tersebut. Dihitungnya lagi uang yang selama perjalanan pulang digenggamnya. Kemudian, uang tersebut dimasukkan ke dalam celengan ayam.
“Sudah mulai berat sepertinya celengan ini,” ujar sang ibu sembari mengelus celengan hasil jerih payahnya seumur hidup itu. Senyumnya terukir di bibir yang mulai pecah. Ditatapnya sebuah foto seorang pemuda yang tergantung di dinding sebelah kanannya.
“Ibu sayang kamu, nak. Akan ibu ujudkan impianmu,” ucap sang ibu sembari senyum yang tak terlepas dari bibirnya itu.
Di dalam kebahagiaan memeluk celengan ayam, samar-samar telinganya mendengar langkah yang begitu pelan. Suara langkah tersebut berada di dalam rumahnya. Belum sempat ia menerka suara langkah siapakah itu, matanya menangkap sosok seorang pria berbaju hitam dengan wajah yang tertutup. Tangan kanan pria itu memegang pisau.
“Masya Allah, ternyata pintuku tidak tertutup,” ujar sang ibu yang mulai menyadari siapakah pria itu.
Pisau pria itu diacungkan ke wajah sang ibu. Sementara tangan kirinya berusaha merebut celengan ayam yang masih berada dalam pelukan sang ibu. Sang ibu ternyata tidak rela melepaskan celengan tersebut. Ia bahkan menggigit tangan kiri pria itu. Sang pria pun mengaduh kesakitan. Ia berusaha menghilangkan rasa sakit akibat gigitan itu dengan cara mengayun dan mengelus tangannya.
Melihat kesempatan itu, sang ibupun berlari menuju ke pintu kamar. Ia berhasil melewati kamar menuju ruang tamu.sambil berteriak meminta pertolongan tetangga. Ternyata, tetangga yang mungkin sedang tenggelam dalam keheningan senja tidak mendengar teriakan ibu yang mulai senja itu. Tak seorangpun tetangga yang keluar tuk menolong sang ibu. Apalagi jarak rumah sang ibu dengan tetangga terdekat sekitar lima meter, terpisahkan oleh kebon pisang.
Sang ibu tidak putus asa. Ia tetap berteriak sembari melangkahkan kakinya ke teras rumah. Kedua tangannya tetap memeluk celengan ayam. Pria bertopeng menyadari mangsanya itu akan membahayakan jiwanya. Segera ia menyusul mangsa yang hamper tua itu. Tak peduli ia bahwa mangsanya sedang kelelahan karena baru saja pulang dari kerja. Tak peduli bahwa mangsanya baru sedetik merasakan kebahagiaan atas pendapatannya. Bejat benar pria bertopeng itu.
Ibu berusaha melangkahkan kakinya meminta pertolongan tetangga. Hingga akhirnya, matanya yang mulai basah oleh airmata, menatap sosok bayangan dari arah kirinya. Sosok bayangan seorang pria yang terekam dalam memorinya selama 25 tahun. Ia tersenyum karena sosok itu adalah orang yang sangat dirindukannya.
“Tinggal beberapa langkah lagi,” bisik hati sang ibu sembari melangkahkan kakinya ke arah bayangan tersebut.
Sesaat hati kecilnya berbisik, sang ibu merasakan ada yang menancap di punggungnya. Ia merasakan punggungnya basah oleh cairan yang sangat pekat. Tangan kiri sang ibu mengelus punggungnya yang kesakitan. Merah, darah. Pandangannya seolah berputar. Ia pun terjerembab ke tanah dengan lutut menopang tubuhnya agar celengan ayamnya tidak pecah oleh tubuhnya.
Bibirnya bergetar menyebut nama Allah. Ia berusaha membalikkan tubuhnya. Dilihatnya pria bertopeng ada di hadapnya. Tangan pria tersebut menyentuh celengan yang masih berada dalam pelukannya. Pria topeng itu menarik celengan, tapi tenaga sang ibu ternyata masih kuat mempertahankan incaran pria bertopeng.
Pria itu ternyata geram melihat pertahanan sang ibu. Ia mengayunkan lagi pisau kea rah perut sang ibu.
“Allahu Akbar,” teriak sang ibu dengan sisa tenaganya. Ia hanya percaya bahwa Allah akan menjaga apa yang dilindunginya.
Teriakan sang ibu ternyata menakuti pria bertopeng. Ia segera menjauh meninggalkan tubuh tak berdaya itu. Niatnya untuk mengambil celengan urung. Apalagi tetangga banyak yang berkeluaran mendengar suara ibu renta tersebut.
Bayangan seorang pria yang dilihat sang ibu mendekat kea rah tubuh yang tergolek tak berdaya. Diangkatnya kepala sang ibu dan dikecupnya kening perempuan tersebut. Sang ibu tersenyum melihat wajah yang bukan lagi bayangan di hadapannya. Airmatanya berlinang karena pria tersebut sangat dirindukannya.
“Ibu, kita ke rumah sakit ya. Ibu harus segera ditolong,” kata pria tersebut yang ternyata adalah anak sematawayangnya.
Sang ibu hanya menggeleng. Dielus wajah sang anak sembari senyum tersebut terus terukir di bibirnya.
“Ini untuk ongkos skripsimu, Bayu,” kata sang ibu sembari meletakkan tangan putranya ke celengan ayamnya itu.
“ Ibu tidak mau orang jahat itu mengambilnya darimu. Tidak ada lagi yang bisa ibu berikan padamu. Kecuali ini. Ingat teruslah pada Alloh…Allohu Akbar,” sang ibu pun meneteskan airmata untuk terakhir kalinya. Namun senyumnya tetap terukir di bibirnya yang merekah indah. Senyum melihat wajah putranya untuk terakhir kalinya. Sembari kebahagiaan memberi yang terbaik untuk sang anak. Tak lain, agar sang anak meraih cita-citanya.

Di atas pusara ini, aku berkunjung padamu, Ibu. Aku berhasil meraih gelar dokterku karena ibu. Celengan ayam itu masih tersimpan di kamar tidurku. Kadang aku bertanya, kenapa ibu mengorbankan nyawa hanya untuk celengan ayam itu. Aku tidak bisa temukan jawabnya. Tapi, yang aku tahu, ibu sangat menyayangiku…Senyummu akan terus ada di hidupku

Kamis, 18 Desember 2008

Wajah-wajah ceria

Waktu yang paling berbahagia adalah ketika melihat orang tersenyum pada aku...
Senyum yang paling dirindukan adalah senyum orang-orang yang ku sayangi...
Siapakah orang-orang tersayang yang memiliki senyum bahagia nan ceria, yang selalu ku rindukan...


My Lovely Parents ofcourse as the first



My Missed Brothers, are

Arif Nyebelin, hehehe



RQ kuyuuuuuuuz...


Aril cengeng...


My Bunny-M always ever after...
U'll be the first man after u marry me...
But now, u are in second place after my dad...

Tribun Pontianak Euy....



Sejak 7 April 2008, aku mengenal satu keluarga yang bernama Tribun Pontianak.
Anggotanya lucu-lucu, tapi yang identik sih orang-orang gendut khas Tribun Pontianak...hehehehe...
Ada mentor-mentor yang selalu ku anggap sebagai orangtua.
Pak Ronald Ngantung yang kebapakan dan mengajarkan aku tentang cara menulis features.
Om Albert yang selalu ku sapa dengan Om karena begitu dekat denganku.
Daeng Andi Asmadi, sosok bugis yang selalu menyapaku dengan adik.
Babe Adrizon, orang padang yang lutchu buanget...

Selain mereka, ku kenal juga dengan beberapa nama teman yang hebat dan wartawan yang berkualitas. Kak Fitri yang mendedikasikan masa mudanya untuk menulis. Atau Zami dan Rozi yang jauh-jauh dari Pekanbaru untuk membantu membangun Tribun Pontianak. Ada Arthur, Kak Dian, Bang Akim, Bang Aciiim, Bang Endi, Bang Didit yang mau membagi ilmunya di dunia kejurnalistikan. Ada juga Devi, Kak Uli, Nina, Danila, Ishaq, Galih, Bram, Mas Dekky, Agung, Iin, Jamadin, Dasa, dan masih banyak lagi yang selalu berbagi ceria dalam aktivitas kejurnalistikan.

Serta Dika, Mahoed, Inggo, Dayat, Bang Hendro, Bang Reno, yang akhirnya ku kenal sebagai Para LayOuter dan Design Grafis. Dan masih banyak lagi temen2 Tribun dari daerah lainnya yang terus menjalin pesahabatan dengan bertandang ke kota Khatulistiwa yang ku cintai. Dan yang tidak disebut jangan marah ya...

Satu-satu di antara kami pun banting stir dengan meninggalkan TP. Akhirnya, pada 15 November, aku ambil langkah untuk meninggalkan Tribun Pontianak. Tujuanku, untuk meraih mimpi dan harapan...

Ku akui, aku merindukan mereka. Meski tidak bersama saat ini, mereka adalah kenangan, keceriaan, kebahagiaan, dan ilmu yang terus membekas di hatiku.

Kepada kalian....
I misz u all...
Thanks for being my frens always...

Minggu, 02 November 2008

Ecek ecek

TEST JAK

Naik Sepeda...ih Scary...

Cara Naik Sepeda...
Tahap 1
Naikkan kaki kanan anda,
angkat tubuh anda dan injakkan kaki anda satu persatu ke tangganya...
ups...hati-hati...



Tahap 2
Eit eit...jaga keseimbangan dong...
Kasian yang di bawah tuh...
Berat katanya...



Tahap 3


Tahap 4
Ye horeee...
Akhirnya gue bisa ampe puncak juga
Wah thanks berat ne ama Lana, Yugo, Firman, en Anggit
Udah mau capek2 pegangin nyeimbangin sepeda Choper ini...
Gile tingginya ampe 2,5 meter lho...
Kalo jatuh gimana ya...

Oiya, sepeda ini milik mereka
Udah dipinjamin tuk numpang berpose bentar
Eh dipegangin pula
Makasih banget ya Coy


BTW, sepeda ini milik Firman, Lana, Yugo, Adit, en Anggit. Mereka kumpulin ndiri duit mereka tuk bikinin sepeda ini. Sekitar Rp 300 ribu uang yang mereka butuhkan untuk membeli besi, ban, en rantai bekas buat bikin ne sepeda. Mereka kumpulin dari uang jajan. Ampe-ampe mereka rela gak jajan di sekolah untuk berkreativitas...
Mereka juga yang mengelas sambungan-sambungan besi. Alhasil, jadinya ya kayak gini ne.
Selama setahun ini...mereka udah bikin lima sepeda
Empat sepeda lainnya berbentuk Choper dengan panjang sekitar 4,5 meter. Bisa diboncengin ampe lima orang lho yang badannya di atas 70 kilogram. Tapi yang dayungnya...Capek dech
Trus ada sepeda yang seperti motornya Batman, kayak Harley Davidson dengan ban besar...
Karya pertama adalah sepeda becak kayak keretanya orang Tiongjoa zaman kekaisaran dulu...yang ada baknya di samping lho
Keunikannya ada di DVD Player, speaker en headset...
Gak tanggung-tanggung...ada yang beli harganya Rp 2,5 juta
Itupun dengan berat hati mereka jual tuh seepda
Rasanya ada di atas...Uh Uh Uh...seru dech...Tapi aku gak berani dech dayungnya
Takut jatuh, atiiiiiiit...

Tapi turunnya gimana ne...
Syerem bo'...
(Bisa naik gak bisa turun...maksud loe...)
TOLOOOOOOOONG ....................

Minggu, 26 Oktober 2008

New Sanywosa Graduation



Beberapa orang mungkin ingat dengan foto ini...
Yups...foto ini adalah segerombolan wartawan dari beberapa media di Indonesia
Misalnya...Atha dari Majalah Hai, Tari dari majalah Wanita Indonesia, pokoke banyak dech...
Yang serunya, kita yang tergabung dalah pelatihan yang digelar di Hotel New Sanyrosa Bandung, mendapat pendidikan kesehatan reproduksi dari mentor-mentor hebat...
Misalnya mentor dari TV One, dari Kompas, PKBI Jakarta dan Bandung...
Wih...pokoke seru-seru dech...

Saking serunya...
Aku bersyukur banget...terpilih oleh PKBI Pontianak untuk gabung di acara pelatihan ini...
En dapet restu dari kantorku yaitu Tribun Pontianak, pers daerah yang tergabung dengan Kompas Group di Kota Khatulistiwa...
Yang membanggakan, i am the only one journalist who was invited by them to join it
Alhamdulillah...

Oiya...untuk teman-teman lulusan New Sanyrosa yang secara gak sengaja liat neh blog en foto ini...
Kita saling kontak-kontakan yuks
Ya...itung-itung jalin silaturahmi lah hehehehehehhehe

Sukses dech buat semuanya ya...

Ifan en Aufa...I Misz U Both



They are my cute nephews that i miss always...
sometime, they make me in tears.
Ifan, the old one...he was born at 24th February 2000. He studies in an elementary school in Yogya. He's smart, spoilt on me, but sometime he is overly emotional.
Aufa was born at 17th August 2005. He's cute, like to sing, smart, and have a sweet smile.

Honestly, i miss them always...
The last time i saw them when i i visited them in Yogya...
A year ago...

They go to Yogya because they father, Bang Ibie, continues study in magister there...

I Love u kids...always love u both...

I wish tomorrow we have a chance to meet again...
And be gathering again...

O God...see it...i am in tears again because missing them...

Rabu, 15 Oktober 2008

IIN--Cowok atawa CEWEK ya...???





Iih..IIN sok manis ya...ya aku akuin sih dia memang hitam, tapi manis...yah...bisa dinilai sendirilah...

Yang pasti dia itu sipit, berlesung pipit, syukurnya badannya gak kecil kayak si burung pipit...hehehehe...

Honestly, my courageous in searching the crime news is inspired from this guy. His name is Iin Solikhin...

Yah, dia adalah adik kelasku semasa SMP en SMA. When d’first time i and he worked together as one team, i could see his spirit. And the result is he could write a good news, different, and much better than i had....He so enthusiastically found a news

Berita pertamanya yang bikin aku so adored on him is robbery in Malaysia. Dalam berita itu dia bisa berbicara dengan istri si perampok yang tertangkap oleh Poltabes Pontianak. I don’t know how, but aku kagum ama kecepatan en kecekatannya...

Satu gebrakan yang luar biasa sebagai seorang wartawan yang baru menjadi calon...benar-benar berani, menyentuh en pokoke sip dech...

Karena gebrakan itu, aku yakin, Iin pasti bisa menjadi seorang wartawan hebat. amin..............

Kamis, 09 Oktober 2008

Double Dhani...really???




Ahmad Dhani...
Siapa sih yang gak kenal pria berjenggot ini...
Pentolannya Dewa 19 plus motornya band The Rock...
Dia ayah dari Al, El, en Dul..
Tapi gak tau ya, dia masih jadi suaminya Maia gak ya...
Yang menjadi cirikhasnya adalah, jenggotnya itu plus matanya yang sipit...
Serta jawanya yang khas...medok...
Jujur...
Aku sih gak pernah kenal dia...
en gak pernah ketemu dia...
Palingan cuma dengerin tentang dia lewat tv aja
plus berita-beritanya yang selalu fenomenal di infotainment
Tapi...
Yang aku suka,
lagunya yang keren...
plus vidklipnya yang menurut akyu...sip abis dech...
untuk kehidupan pribadinya, terserah dia aja dech





Kalo yang ini...
Ahmad Dhani juga
tapi cuma ada di Tribun Pontianak aja.
Persamaannya dengan Dhani di atas apa ya???
Coba dech tebak...
Yup bener banget
Jenggotnya bo'...
kalo Dhani yang di atas pinter nyanyi
kalo dhani yang ini pinter melucu en berpantun
Cariin Dhani yang ini???
Gampang...samperin aja Tribun Pontianak
Dia ada kok di situ...
Mejanya kan di depan aku...
Mau kenalan...???
Pencet aja nomor di hp kamu ke nomor...085245197xxx...hehehe
Gampang kan???
Eit...kalo Endi yang ini...
jangan sembarangan...
dia baru aja berbahagia sebagai seorang bapak...
so...

tungguin profil lanjutan tentang teman-temanku yang lain ya...
Btw, siapa ya giliran selanjutnya...
eng ing eng

Hujan lagi...banjir lagi



---Kota Pontianak, kota yang memiliki Sungai Kapuas
Sungai terpanjang di Indonesia...
Tapi, sungai itu akan tambah panjang kalau Kota Khatulistiwa ini banjir
Kota Pontianak dilintasi garis equator
dan dilintasi air banjir juga...
Selama Oktober, hujan deras mengguyur ibukota Kalimantan Barat ini...
dan banjir pun mulai menghiasi jalanan ibu kota
Bahkan, halaman pendopo gubernur Cornelis di jalan arteri kota
juga tergenang banjir...

---Kenapa, Kota Pontianak bisa banjir...
kalau Jakarta sih wajar...
karena pemerintah daerahnya membangun jembatan tapi tidak ada sungainya...
Jadi, mungkin Tuhan protes dengan pembangunan itu
makanya Kota Metropolitan itu dianugerahi banjir...
Kan sayang, jembatannya panjang tapi gak ada sungai

---Tapi, Pontianak...???
Sungainya aja panjang...
Di kelilingi laut pula...
Trus, hutan masih hijau dan tersebar luas hampir di seluruh kota...
Katanya kan, hutan bisa berfungi menyerap air yang jatuh ke tanah
kemudian air tanah itu terhubung dengan sungai
trus dialirkan ke laut
Tapi, kok masih bisa banjir ya???

---Apa karena jalannya terus di bangun,
tapi tidak ada selokannya???
Apa karena banyaknya tempat sampah di tepian jalan,
tapi masih banyak sampah yang berserakan???
Jadi, gimana dong???

---Apa pemerintahnya terlalu pusing mikirin politik,
sehingga lupa, kalau hampir setiap akhir tahun Pontianak kebanjiran???
Apa harus Tuhan yang dipersalahkan,
karena menurunkan hujan di setiap akhir tahun???
Tapi, masa sih Tuhan bia dipersalahkan???

---Ah, gak taulah...
yang pasti...kasihan aja liat pedagang-pedagang kecil mendorong gerobak
melintasi jalanan yang banjir untuk mencari sesuap nasi.
Mereka basah-basahan, demi anaknya yang sedang kelaparan.
Beda dengan orang kaya yang mengendarai mobil,
yang entah apa mereknya, apa jenisnya.
Tapi yang pasti mobilnya tersebut menyipratkan air yang tergenang
ke pedagang-pedagang kecil
Yah, mungkin mobilnya tidak bisa dipacu dengan pelan,
atau dianya yang tidak mau peduli
yang penting bajunya tidak basah...

Minggu, 17 Agustus 2008

Dirgahayu Indonesiaku




Tujuh belas Agustus tahun empat lima
Itulah hari kemerdekaan kita
Hari merdeka...nusa dan bangsa
Hari lahirnya bangsa Indonesia...mer-de-ka

Sekali merdeka tetap merdeka
Selama hayat masih dikandung badan
Kita tetap...setia...tetap...sedia...
Membela negara Indonesia

Kita tetap...setia...tetap...sedia...
Membela negara kita




Masih adakah...hari kemerdekaan itu bagi bangsa kita
Masih adakah semangat nasionalisme membela negara kita
Apa yang sudah kita lakukan untuk negara kita
Padahal negara kita telah memberi banyak pada kita

Kekayaan yang melimpah jadi bahan kerakusan kita
Tidak ingatkah kita
ketika para pejuang membela negara yang kaya ini untuk kita
Tidak ingatkah kita
Ketika para pejuang bersimbah darah untuk kelangsungan hidup kita

Sedangkan mereka...
Kini menyatu dengan tanah pertiwi
Tanpa sempat merasakan apa yang telah mereka bela

Padahal, mereka hanya ingin Merah Putih berkibar di Indonesia
Sedangkan kita...
Mengibarkan bendera pun terkadang enggan...
apalagi menaruh tangan kanan ke kening
untuk menghormati merah putih

Bukan benderanya yang kita agungkan...
Tapi semangat mempertahankan bendera berkibar di tanah air
adalah perjuangan...

Tak perlu lagi kita angkat senjata berperang di medan laga
Tapi, manfaatkan ilmu untuk kebanggaan bangsa
Agar negara ini tidak dijajah lagi oleh ketamakan

Jumat, 01 Agustus 2008

The New Spirit of Ponti City...




Spirit baru itu telah hadir di Kota Khatulistiwa ini. Kenapa tidak. Sejak 7 April kami mengenyam bangku kuliah jurnalistik, akhirnya apa yang kami bingungkan pun, terbit juga.

1 Agustus 2008, semangat itu hadir dengan nuansa merah menyala di persimpangan jalan. Semangat yang diperkenalkan dengan masyarakat Pontianak. Semangat Tribun Pontianak.
Banyak SMS yang masuk memberikan pujian kepada Tribun. Apa lagi yang bisa dikata, Alhamdulillahirabbil ‘alamin.
Tapi, pujian itu memberi arti pada kami kru Tribun Pontianak, untuk menjadi lebih baik lagi keesokan harinya. Bukan untuk mencari pujian, tetapi menyajikan yang terbaik bagi pembaca.
Mungkin sebelum 1 Agustus, Tribun Pontianak was underestimated. Bahkan, aku, sebagai reporter di media baru ini, sempat dianggap sebagai wartawan Bobo oleh seseorang, karena tubuhku kecil (plus imut kali’...hehehehe) dan tidak bisa menunjukkan media cetakku. Tapi tak masalahlah. Adakalanya, diam itu emas. Akhirnya, 1 Agustus memberikan bukti bahwa aku bukanlah wartawan Bobo.
Aku masih ingat ketika awal kuliah di kelas Tribun Pontianak. Aku dan temanku lainnya harus pulang larut malam. Jujur, berat rasanya. Belum lagi mendapat kritikan yang kadangkala keras dari instruktur seperti Cak Febi, Om Albert, en Daeng Asmadi. Jujur, saat itu pikiran dan perasaanku memprotes kritikan itu. Tapi, sekali lagi diam itu emas. Eit, jangan salah...diam di sini bukan sembarangan lho...Diam sambil belajar.
Aku masih ingat ketika beberapa pembicara hadir di kelas kami. Seperti Mister Ronald Ngantung asal Tribun Timur, Kang Yusran asal Tribun Jabar, Pak Uki asal Tribun Kaltim, Mbak Hasanah asal Tribun Jabar, Dahlan asal Tribun Timur, dan masih banyak lagi mutiara-mutiara Persda yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Jujur, waktu itu aku dan teman-temanku sempat mengantuk. Tapi, kami berusaha menahan rasa kantuk itu. Ternyata menahan rasa kantuk itu menjadi percikan air bagi kami.
Why not gitu lho...keberatan, perasaan bosan, mata mengantuk kini menjelma menjadi pembelajaran yang terbaik buat kami. Ternyata beginilah kerja sebagai seorang wartawan. Kata Om Albert yang selalu aktif di albertjoko.wordpress.com, “nikmatin aja. Kita kan berniat untuk melayani masyarakat.”
Yah...semua itu kembali ke diri masing-masing. Selama semuanya masih bisa dikerjakan, berilah pelayanan yang baik. Selama hati dan pikiran masih memadu sebagai pelayan masyarakat yang faktual dan aktual, maka jiwa raga ini akan terus berpacu, hingga waktunya tiba untuk .......................
By the way, kalau aku boleh narsis, Tribun Pontianak, si semangat baru ini, kujadikan saja sebagai hadiah ulangtahun ku...hehehehehehehehehehehe

Happy Birthday to Me...




Alhamdulillah...wa syukurillah...
Aku tidak memungkiri, 31 Juli adalah hari berbahagia bagi ku...
Bagaimana tidak, tidak terasa, usia ku di hari Kamis ini genap 23 tahun...
Semakin dewasa untuk menentukan jalan hidupku...
Semakin siap untuk menempuh hidup baru...
Amin...

Tepat pukul 00.00, ibu mengucapkan selamat ulangtahun via telepon...padahal kamar ibu hanya berjarak sekitar enam meter dari pintu kamarku...
Tapi bagaimanapun, aku tetap berterimakasih pada ibuku...atas ucapan selamatnya itu...
Aku berterimakasih pada wanita yang ku sayang ini, karena telah melahirkan aku ke dunia ini. Karena telah bersedia memberikan aku kesempatan untuk mengenal kehidupan.
Tentunya, semua itu tidak terlepas dari Kuasa-Nya juga...

Tak lama berselang, a man that i love always called me...
He said, happy birthday. May God bless u all the time...and...(ehem ehem ehem...)

Paginya, barulah aku kebanjiran ucapan ‘Met Ultah’. Mulai dari Diar, Neni, en beberapa teman kampus. Setibanya di kantor, aku mendapatkan ucapan selamat ultah dari beberapa teman kantor. Ternyata mereka masih mengingatku sebagai teman mereka...

Alhamdulillah ya Alloh...Engkau memberikan aku banyak karunia-Mu. Ketika usiaku menjalani 22 tahun, Kau izinkanku memberi kebanggaan pada orangtua dengan menyelesaikan pendidikanku. Kau berikanku kesempatan ke Pulau Jawa dan berjalan-jalan sendirian di sana (alias tidak ditemani orangtua). Di usiaku ini, Kau karuniakan aku pekerjaan yang tidak pernah ku duga-duga. Karunia-Mu mana lagi yang harus aku ragukan.

Senin, 21 Juli 2008

Next...

And who will be the next contestant to be written...???...........................guess it...........

Tentang Tamara nya Pontianak



Ini Tamara Blezynski...Cantik, pinter, en Bule alias setengah Indo dari Polandia...(hehe kalo gak salah)...Dia milik Indonesia kali yeee...alias Artis Indonesia...hehehe




Kalo yang ini, ngakunya sih Tamara juga. Tapi, kalo diliat-liat, ada lah mirpnya dengan Tamara...Namanya Depot...hehehe...(cantik-cantik kok, namanya Depot ya...)...Cantik juga, pinter...bisa nyanyi...hehehehe...

Sayangnya dia gak pede ama kemampuannya sendiri...makanya perlu di pede-pede-in...apalagi kalo ketemu dengan Tamara...hehehe

Aku ama dia udah kenal lama. Sejak kita masih sama-sama duduk di bangku sekolah yang sama...dengan masih pake baju putih dan rok biru...tapi makenya gak sama-sama...

Setelah sekian lama tiada jumpo...eh ketemunya di Tribun Pontianak, dech...

So...reunian dech......................ama ahli hukum satu ini...

Selasa, 15 Juli 2008

Antre premium lagi




foto ini diambil dari www.detikfinance.com....


Tadi malam, Senin (14/7), sepulang kantor, aku bingung. Abis, bensin dalam tanki motor Vega-R biruku sudah habis. Jarum di speedometerku menunjukkan stok premium dalam tanki, was really really empty. Oh, very bad bangetsz dech...
Aku paksakan motorku menuju pulang. Hingga akhirnya, satu kilometer dari rumahku, kebingunganku mendapatkan cahaya terang. Sebuah kios menyalakan lampu merah bertanda stok bensin ada di jual di sana.
Senang rasa hatiku. Ku parkirkan motorku tepat di depan kios itu. "seliter, Kak," kataku pada si penjual. Wanita berbaju hijau itupun menuangkan seliter bensin ke tanki motorku.
"10 ribu, Mbak," katanya. Anjriiit...gile...mahal amat,pikirku. Aku berniat mempertanyakan kemahalan itu, tapi untuk apa. Toh aku sudah menduga apa yang akan dijawabnya.
Aku pun segera menutup tanki motorku dan membayar selembar sepuluh ribu pada wanita itu. "Maklum, Mbak. Bensin lagi langka. KaloMbak cari di tempat lain mungkin gak ada yang jual," katanya. Aku hanya bisa tersenyum. Yah, mau gimana lagi. Memang kenyataanya apa yang dikatakannya benar kok.
Ya....memang benar. Bukan hanya aku, warga Pontianak lainnya juga mengalami hal serupa. Bahkan bukan Pontianak saja, tapi beberapa teman di Singkawang, Mempawah, en Ketapang juga melaporkan hal kelangkaan bensin.
Sejak Minggu (13/7), kelangkaan persediaan bensin terjadi di Kalimantan Barat ini. Akibatnya, antrian panjang di beberapa SPBU. Kelangkaan itu terjadi hingga Senin. Kata seorang karyawan di SPBU Teuku Umar, Pontianak, kelangkaan terjadi karena kapal tanki pembawa bensin belum merapat di pelabuhan Pontianak.
Informasi yang didengarnya, kapal akan merapat hari itu juga, dan bensin akan segera didistribusikan pada malam hari.
Apa yang dikatakan staf tersebut benar adanya. Buktinya, Selasa (15/7), sekitar pukul 12.30 WIB, sebuah mobil tanki membawa 16 ton bensin memasuki SPBU Pal V, tak jauh dari rumahku. "Akhirnya, bensin datang juga. Besok aku mau isi bensin dulu ah," ujarku dalam hati.
Pagi ini, masih hari Selasa, ku ceritakan apa yang kulihat tadi malam kepada ayahku. Ayah pun segera menstarter motor Shogun merahnya ke arah SPBU dekat rumah, sekitar pukul 09.00.
Satu jam kemudian, kudengar motor ayah di depan rumahku. Wajahnya kusut. Kutanya kenapa. Dia menjawab, "antri lagi,"..............

Antre premium lagi di Pontianak

Rindu Anak Jalanan



(ini adalah foto seorang teman di dnelz.blogspot.com, untuk temanku ini saya pinjam dulu ya fotonya...btw, fotonya bagus...)

Bajunya compang camping. Tangannya hitam diterpa sinar mentari yang begitu panas siang itu. Ia terbaring di depan sebuah ruang ATM BCA. Wajahnya lusuh.
Matanya terpejam. Namun tangan kanannya sesekali menggenggam perut yang berada dibalik baju putih lusuh itu. Mulutnya meringis sambil sesekali mengatakan," lapar. Lapar."
Ku dekati anak yang mungkin berusia sekitar 7 tahun itu. Ku beri ia sebungkus roti yang baru saja aku beli di toko samping ruang ATM.
Ia menatap roti di tangan kananku. Tapi ia tidak tertarik sepertinya. Aku heran, pikirku pun berkata, masa' sih anak ini tidak mau roti berisi coklat ini.
Rotinya sih memang berharga murah. Tapi kan aku masih punya 5 bungkus lagi dalam plastik hitam di tangan kiri ku.
Ku semakin mendekati anak lelaki itu. Begitu dekat. Hingga aku bisa melihat bola matanya yang ternyata berwarna coklat.
Ku sodorkan sebungkus roti yang ada di tangan kananku berikut lima roti lain di tangan kiriku.
Ia tidak menolak, tidak juga menerima. Dipandanginya saja roti yang ada di tanganku. Kemudian ia menatap wajahku. Pandangan kami pun beradu.
"Ayo ambil. Ini untukmu," kataku meyakinkan dirinya.
Tapi, ia hanya terdiam. Ia pun bangun dari posisinya berbaring. Kemudian ia duduk menyandar ke dinding ruang ATM itu.
"Ada apa," tanyaku pada lelaki yang akhirnya ku ketahui bernama Rizal itu.
Ia pun menjawab, "Berapa saya harus membayar roti-roti itu." Jawaban yang berupa pertanyaan. Pertanyaan yang menyontakkan hatiku. Pertanyaan yang membelalakkan mataku.
"Maksud kamu," tanyaku lagi.
"Jika sebungkus roti berharga Rp 1000. Jika ada lima roti, berarti saya harus bayar Rp 5000," jawabnya. Jawaban yang semakin membuat hatiku bersontak kaget.
"Ini untukmu. Aku yang ngasih. Bukan untuk kamu beli," ujarku seraya menyodorkan kedua tanganku padanya.
"Saya memang anak jalanan. Tapi, saya bukan pengemis. Saya masih bisa bekerja dengan membersihkan sepatu," katanya seraya menunjukkan sebuah peti kecil berukuran 15 x 15 centimeter itu.
Aku tidak melihat peti itu awalnya. Karena peti itu terletak di belakang tubuh mungilnya. Jadi, mana ku tau kalau dia ternyata tukang semir sepatu.
"Siapapun kamu dan apapun kerjaanmu, akut etap ingin memberi kamu roti-roti ini," aku pun tak mau kalah untuk memberinya roti-roti itu.
"Tapi, kamu akan membebani aku. Aku tak punya uang untuk membayarnya. Aku juga tidak mau mengambilnya karena gratis," sekali lagi jawaban yang membelalakkan mataku.
Akhirnya, aku pun menyerah. Aku hargai prinsip anak jalanan itu. Tapi, aku tetap ingin roti-roti itu untuknya.
"Gini saja. Kamu ambil roti ini. Tapi, bayarannya kamu bersihkan sepatu ku," akhirnya ku tegakan juga diri ini menerima prinsip keras anak jalanan itu.
"Ok..." anak itu setuju. Matanya berbinar. Ia pun meminaku untuk melepas sepatu hitam bucherri ku.
Ia pun membuka peti hidup yang ada di depannya. d**eluarkannya semir sepatu bermerek Kiwi. Dioleskannya pada sepatu ku. Tangannya pun menari membersihkan sepatuku dengan sikat kecil berwarna hitam itu.
Dan, seketika, sepatuku mengkilap. Sebagai bayarannya, ku berikan roti-roti itu. Ia tersenyum. Diraihnya roti-roti itu.
d**eluarkannya sebungkus roti dari plastik hitam. Roti tersebut diberikannya padaku. Aku menolak. Bagaimana mungkin aku mengambil barang yang telah aku berikan pada orang lain.
"Ambillah. Sebagai lambang persahabatan," katanya seraya mengulaskan senyum di sudut bibir munglinya.
Aku pun mengambil roti itu. Dan tersenyum. Senyum yang paling indah mungkin.
Anak itu berlari ke teman-temannya. Diberikannya roti itu pada teman-temannya. AKhirnya ia hanya punya sebungkus roti saja di tangannya.
Ia pun menyeberangi jalan, jalan di seberang posisiku. Ku layangkan pandang padanya. Setibanya di tepi jalan seberang itu, ia memalingkan wajahnya.
Ia tersenyum. Senyum yang sangat indah. Sangat indah. AKu terpesona pada senyum itu.
Ku lihat ia membuka roti yang kuberi itu. Di gigitnya. Sementara matanya masih menatapku. Tak jauh jarak kami, sekitar lima meter saja.
Sebuah mobil sedan berwarna putih melintas di antara kami. Keterpesonaanku terganggu oleh mobil itu. Setelah mobil itu pergi, anak jalanan itu sudah tidak ada lagi.
AKu mencari-cari. Ku celingak celingukkan kpalaku. Tapi kemana anak itu pergi. Bahkan suaranyapun tak ku dengarkan lagi.
Kemana kah ia. Kemana kah juga teman-temannya. AKu pun menunduk. Ku tatap sebngkus roti yang ada di tanganku.
Entah kenapa, aku jadi rindu pada anak jalanan itu. Ku rindu pada senyumnya yang mempesonaku. Ku rindu pada mata coklatnya itu

Senin, 14 Juli 2008

Ekstasi di Pontianak



Kota Pontianak sudah mengenal yang namanya potret ekstasi. Entah sejak kapan, barang haram tersebut mewabahi Kota Khatulistiwa ini. Tapi, kenyataannya peredaran itu memang benar adanya.
Sebulan lalu, sekitar ribuan (maaf saya gak bisa bilang banyaknya secara jelas) pil ekstasi ditemukan aparat di bandara. Pengirimannya melalui jasa ekpedisi. Jumlahnya yang banyak tentunya mengagetkan. Bukan jumlahnya, tapi yang masalah adalah sebegitu mudahnya kah barang haram tersebut masuk ke kota ini...
Apakah pengedar maupun pengguna tahu bahaya narkotika itu...???

EKSTASI BERBAHAYA...
Padahal, efek yang ditimbulkan oleh pengguna ekstasi adalah diare, rasa haus yang berlebihan, hiperaktif, sakit kepala dan pusing, menggigil yang tidak terkontrol, detak jantung yang cepat dan sering, mual disertai muntah-muntah atau hilangnya nafsu makan, gelisah/tidak bisa diam, pucat & keringat, dehidrasi, mood berubah. Akibat jangka panjangnya adalah kecanduan, syaraf otak terganggu, gangguan lever, tulang dan gigi kropos. Bahkan, bisa menyebabkan kematian. Kematian yang sia-sia. So, masih maukah anda-anda mengalami kematian yang sia-sia tersebut???

KENAPA...
Ekstasi dapat membuat tubuh si pemakai memiliki energi yang lebih dan juga bisa mengalami dehidrasi yang tinggi. Sehingga akibatnya dapat membuat tubuh untuk terus bergerak. Beberapa orang yang mengkonsumsi ekstasi di temukan meninggal karena terlalu banyak minum air dikarenakan rasa haus yang amat sangat.

Ekstasi akan mendorong tubuh untuk melakukan aktivitas yang melampaui batas maksimum dari kekuatan tubuh itu sendiri. Kekeringan cairan tubuh dapat terjadi sebagai akibat dari pengerahan tenaga yang tinggi dan lama.

APA ITU EKSTASI...???
Ekstasi adalah salah satu obat bius yang di buat secara ilegal di sebuah laboratorium dalam bentuk tablet atau kapsul. Warnanya juga bermacam-macam, seperti biru dan pink.

BAGAIMANA MENGENALI PECANDUNYA...???
- Cepat marah
- Tidak tenang
- Cepat lelah
- Tidak bersemangat/ingin tidur terus

So...masih mau kah anda mengkonsumsi barang haram itu???

Jumat, 11 Juli 2008

Demi anak...



KASIH IBU SEPANJANG JALAN, KASIH ANAK SEPANJANG GALAH..............
Pepatah yang tepat menggambarkan apa yang dilakukan seorang ibu muda bernama Nina. Ibu muda ini sangat ingin memberikan aupan gizi yang berimbang pada bayinya yang baru berusia delapan bulan.
Karena rasa sayangnya itu, ia mengambil lima kotak susu berkotak kuning, berukuran 400 gram. Ketika ia melakukan itu, ia mengaku gemetaran dan takut. Karena, baru kali ini ia melakukan tindakan tak terpuji itu.
Namun, ketakutannya hilang seiring bayangan akan anaknya di rumah. Dengan keberanian, ia mengeluarkan bungkusan susu dari kotaknya. Kemudian ia memasukkan susu itu ke dalam bajunya.
Dengan keberanian, ia melewati petugas pengamanan di toko swalayan ibukota provinsi itu. Tapi, sebagai wanita, keberanian itu pun runtuh. Petugas pengamanan menarik bajunya dan memergokinya. Keruntuhan itu semakin runtuh, ketika petugas pengamanan itu membawanya ke kantor polisi.
Memang memalukan, seorang ibu yang begitu suci melahirkan anak-anaknya, mencuri susu juga untuk anaknya. Tragis memang, terlepas dari tindak pidana, sang ibu rela mencuri susu untuk memperbaiki gizi anaknya.
Tapi, apapun itu, sang ibu harus menanggung kesalahannya demi anaknya. Ia harus berurusan dengan polisi demi anaknya. Bahkan, ia harus menahan diri untuk memberikan susu pada anak yang ia sayangi itu.
Apa mau dikata, kasih sayang sang ibu terlalu besar, menghantarkannya pada polisi.

Tapi, ibu tetaplah ibu. Pahlawan anak-anaknya................dan apakah anak-anak akan membela ibunya................

N for my mom...i love u always...forgive me if i always make u be unhappy...

Rabu, 09 Juli 2008

There has no eternal flame



Eternal Flame
~ Bangles

Close your eyes, give me your hand, darling
Do you feel my heart beating
Do you understand
Do you feel the same
Am I only dreaming
Is this burning an eternal flame

I believe it's meant to be, darling
I watch you when you are sleeping
You belong with me
Do you feel the same
Am I only dreaming
Or is this burning an eternal flame

Say my name
sun shines through the rain
A whole life so lonely
And then you come and ease the pain
I don't want to lose this feeling


Well, there has no eternal flame...sometime love's just a bullshit...but why people believe it...even search it in their live...even make it as the goal of their life...
i don't know...why the thinking of me about eternal flame like this...

yea, i do agree to them that i need it...
but there has no eternal flame...

i am separated...don't know yet...but i lose it now...

Selasa, 08 Juli 2008

Istana Kadariyah, Kebanggaan Pontianak yang Disayangkan...



Bogor punya istana yang didirikan Gustaaf Willem Baron Van Imhoff pada tahun 1744. Satu keistimewaan istana ini adalah Kebon Raya Bogornya yang luas. Dengan berbagai bunga dan buah dari negara Indonesia tercinta ataupun negara luar. Tak heran jika istana yang dulunya bernama Buitenzorg (tanpa kekhawatiran) ini menjadi satu dari enam istana kepresidenan.
Solo memiiliki istana kebanggaan yang dinamakan Keraton Surakarta. Keraton ini memiliki taman yang luas. Di tengah taman tersebut terdapat dua pohon beringin yang dilingkari pagar. Menurut kepercayaan masyarakat, jika bisa berjalan dengan mata tertutup melewati antara dua pohon itu, maka keinginannya terkabulkan. Tapi, percaya atau tidak, terserah anda.
Tapi, tahukan anda, Pontianak juga memiliki sebuah istana. Istana kebanggaan masyarakat ini didirikan oleh Sultan Pontianak keenam, Sultan Syarif Mohamad Alkadrie pada 1923. Keraton ini berdiri di atas tanah seluas 9.800 meter persegi. Bangunannya terdiri atas pendopo, balai, dan 8 ruang utama.
Meski sudah uzur, bangunan keraton ini masih kokoh dan berarsitektur unik. Bahan utama bangunannya dari kayu belian atau ulin. Atapnya dari sirap bercat warna kuning dan krem. Di atap depannya bertuliskan "Istana Kadriah" dalam bahasa Arab.
Sebagai masyarakat Pontianak, tentunya tidak ada yang ingin keraton ini hilang dari perhatian. Apa ada yang terenyuh ketika mengunjungi istana ini???
Coba saja lihat bagian bawah atapnya. Banyak sarang laba-laba yang menggelantung di langit-langit. Sarang burung yang nangkring di tiang-tiang pendoponya.
Padahal, banyak keunikan yang ada di keraton ini. Cermin 1000 bayangan misalnya. Takjub. Cermin itu memantulkan 1000 bayangan. Tak percaya, silahkan kunjungi Keraton Kadariyah di Tanjung Raya 1. buktikan ketidakpercayaan anda...........

Sungai Kapuas



Hey...sampan laju...
Sampan laju dari hilir sampai ke hulu
Sungai Kapuas
Sungguh panjang dari dulu membelah kota...

Hey...tak disangka...
Tak disangka dulu utan menjadi kote...
Ramai penduduknye...
Pontianak nama kotenya...

Sungai Kapuas punye cerite...
Bile kite minum aeknye...
Biarpun pergi jauh ke mane...
Sungguh susah nak ngelupekannya...

Hey...Kapuas...
Hey...Kapuas...

It is me...Lho...





Mom...
sinar rembulan dalam jiwaku...
hadirkan cahaya kehidupan pada ku...
sejukkan aku ketika aku membara amarah...

Mom...no one can change ur position in here...
coz, u're the best woman...in my life...
love u mom...