Sabtu, 28 Februari 2009

Fenomena Pengangguran Indonesia (Sessi-2)

Sering kita dengar, pemerintah selalu mengimbau masyarakatnya untuk membuka lapangan kerja bukan sebagai pencari kerja. Tapi, dengan kondisi seperti yang di atas (Fenomena Pengangguran Indonesia Sessi-2), apa yang harus dilakukan. Kalau sudah begitu, bagaimana tanggapan pemerintah mengatasi masalah ini.


Menakertrans Erman Suparno (http://www.indonesia.go.id pada 17 Februari 2009) pernah mengatakan, jika sumber daya alam melimpah tetapi SDM tidak bisa mengelolanya maka akan tidak banyak manfaat yang bisa diambil atau sebaliknya jika dikelola secara tidak benar akan menjadi sia-sia. Intinya, SDM yang baik dapat mengelola SDA yang ada. Jadi meskipun krisis melanda nusantara ini, perekonomian dan kesejahteraan masyarakat dapat terjami. Dengan kata lain, pengangguran dapat teratasi.
Itu adalah pendapat Menakertrans. Kenyataannya, hingga Agustus 2008 (www.tempointeraktif.com pada 5 Januari 2009), survey Badan Pusat Statistik menunjukkan angka pengangguran di Indonesia mencapai 9,39 juta orang. Artinya, sekitar sepertiga dari jumlah penduduk Indonesia yang mencapai kisaran 240 juta, adalah tidak bekerja.
So, bayangkan saja, jika putus asa itu diperbolehkan, maka seperti yang saya katakan tadi, mungkin akan nada 9,39 juta masyarakat Indonesia yang berbondong-bondong ke gedung tertinggi di kota terdekatnya. Apa yang akan mereka lakukan, mungkin meloncat dari gedung tinggi itu.
Tapi sekali lagi, Tuhan Yang Maha Esa mengharamkan putus asa tersebut, apalagi melakukan tindakan mendahului takdir yang telah ditetapkan oleh-Nya.


Namun, jika kualitas SDM sangat diperlukan, artinya pemerintah harus bekerja keras untuk memperbaiki system pendidikan yang menurut saya 80 persen adalah teoritis. Mumpung belum terlambat untuk masa depan anak cucu kita yang jika tidak diantisipasi, maka pengangguran akan bertambah dua kali lipat dalam waktu lima tahun mendatang. Sedangkan pengangguran yang sekarang, tentunya akan tetap mencari kerja , kalau bisa membuka lapangan kerja.


Memang tidak ada yang bisa dipersalahkan untuk kasus pengangguran ini. Pemerintah, tentunya, telah berusaha mengatasi masalah ini, misalnya dengan program PNPM, dimana pemerintah memberikan bantuan dan memnerdayakan kemampuan masyarakat untuk membuka usaha berdasarkan kerja kelompok yang bersinergi. Dan masih banyak lagi, cara pemerintah untuk mengentaskan pengangguran. Dengan demikian, akibat pengangguran seperti kemiskinan, kebodohan, ketidaksejahteraan, dan tindak kriminal dapat teratasi sesegera mungkin. Semua itu perlu didukung dari segenap pihak. Toh ini untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia juga kan...

Jumat, 27 Februari 2009

Fenomena Pengangguran Indonesia (Sessi-1)

Jika putus asa karena tidak bekerja diperbolehkan, mungkin banyak pengangguran di Indonesia akan meloncat dari gedung-gedung yang tinggi. Jika prostitusi dan penjualan ganja dihalakan, mungkin akan banyak penyedia yang menyesatkan daripada konsumen bisnis tersebut. Syukurnya, Allah mengharamkan hal-hal yang dapat menyesatkan itu, sehingga manusia yang diberi akal pikiran berusaha untuk berjuang hidup di tengah susahnya kehidupan itu sendiri. Sehingga pengharaman itu diperkuat dengan hukum dan kemampuan nalar manusia sebagai khalifah di dunia ini.

Seminggu yang lalu, saya berkenalan dengan seorang pria asal Cianjur. Saat itu kami berdua sama-sama mendapat panggilan interview untuk sebuah perusahaan wisata di Kota Bandung. Ayah dua anak ini banyak bercerita tentang dirinya, dan aku pun mencoba untuk menjadi pendengar yang baik baginya.
Sekitar 13 tahun lalu ia bekerja sebagai seorang pegawai di sebuah kapal pesiar United States of America (USA). Setelah 10 tahun melanglang buana di bahari biru dunia ini, ia berniat untuk membuka usaha kafe di kampung yang telah lama ia tinggalkan. Dengan modal yang cukup kuat, ia pun membuka sebuah usaha kafe di tepian jalan raya Cianjur. Hasilnya, banyak pengunjung yang tertarik untuk melepas penat di kafenya, walau hanya sekedar minum teh seduhan istri tercintanya. Setiap hari, kafenya menjadi tempat persinggahan orang-orang yang baru saja melakukan perjalanan Jakarta-Bandung. Tentunya, ia mendapat penghasilan yang cukup untuk membiayai kehidupan anak istrinya, empat karyawannya, beserta modal kafenya.



Dua tahun berjalan, kafe miliknya terpengaruh arus lajunya pembangunan di sekitar Jakarta dan Bandung. “Sejak adanya tol cipularang yang menghubungkan Jakarta-Bandung, kafe saya jadi sepi. Karena sudah banyak orang yang menggunakan fasilitas tol tersebut. Yah, mungkin kalau lewat tol, waktu perjalanan jadi lebih singkat daripada melintasi Cianjur,” ujar pria yang saat itu mengenakan kemeja biru tersebut.
Pria tersebut pun menutup usahanya, sehingga empat karyawannya terpaksa di berhentikan. Sedangkan ia dan keluarga hidup dari hasil kontrakan gedung eks-kafe yang menjadi ruko sebuah bisnis sepatu. Setengah tahun berlalu, ia berpikir tidak mungkin ia hanya mengandalkan hasil kntrakan untuk kebutuhan hidup.
Akhirnya saya inisiatif untuk mencari kerja. Yah, jadi pekerja lagi. Sedangkan istri membantu saya dengan menjual kue ke warung-warung,” ujar pria yang kepalanya tampak plontos itu.
Sebenarnya, ia ingin bekerja lagi di pelayaran internasional apalagi dengan gaji dalam satuan dolar, tapi umur sudah tidak memungkinkannya lagi. Jadi, ia mencari kerja di ‘daratan’ saja, ujarnya.
Itu hanyalah sebuah cerita di antara pencari kerja yang ada di Kota Bandung ini, bahkan di Indonesia. Cerita yang menggambarkan bahwa pengangguran masih sangat tinggi di Negara ini. Lihat saja, pria yang bertekad untuk membuka lapangan kerja itu harus bangkrut dan mencoba mencari kerja lagi sebagai calon karyawan. Usahanya bangkrut seiring dengan terjadinya krisis global.

Senin, 23 Februari 2009

Mau milih, Bingung… Golput, Haram…

Dua hari yang lalu, saya menonton sebuah tayangan di stasiun televisi swasta Trans 7. Karena itu, saya berniat untuk membuat tulisan ini. Tapi, karena beberapa hal tekhnis, cielaaa…saya baru bisa menampilkan tulisan ini di blog saya, ririn777.blogspot.com, hari ini.

Berita tersebut menayangkan tentang tanggapan warga di sebuah propinsi di Sulawesi (ups, sorry…agak lupa tepatnya) mengenai rencana mereka dalam pemilihan umum 2009 mendatang. Beberapa warga yang dimintai tanggapannya mengaku bingung siapakah calon legislative yang mereka jagokan untuk mewakili aspirasi mereka di pemerintahan.


Bagi mereka, memilih satu idola dari 34 partai politik saja sudah membuat kepala puyeng, apalagi memilih satu calon legislative dari sekian puluh calon lainnya untuk satu parpol. Jika untuk DPRD Tingkat Kotamadya, satu parpol mencalonkan limapuluh kontestan untuk menduduki kursi panas kedewanan, ada berapakah calon yang harus dikenali oleh pemilih, jika jumlah parpol mencapai 34. Kebayang gak sih bingungnya. Mau itung-itungan aja bingung, apalagi mengenal calon pilihan, yang pasti bungin dech….
Tapi itu kebingungan yang rumit, menurut saya. Ada kebingungan yang simple. Saya masih ingat ketika sebagai pemilih pada tahun 2004, saya harus membuka lembaran kertas suara seolah sedang membuka lembaran koran. Itu untuk satu lembaran untuk 24 parpol aja. Apalagi untuk pemilihan 2009 ntar. Bakal selebar apakah lembaran surat suaranya dengan 34 parpol???
Ah yang jelas, untuk pemilihan ntar bingungin dech. Kalo gak milih alias Golput, ntar dibilang haram lagi. Padahal kan, saya pribadi memilih Golput karena bingung. Jadi menjadi bingnung, haram juga dong…???
Kenapa ya, Indonesia sekarang mempunyai parpol sebanyak 34 buah. 34 Parpol yang harus dipilih oleh negara berkembang seperti Indonesia . Sedangkan di negara adidaya yang kemajuannnya sudah tidak diragukan lagi, Amerika Serikat saja hanya memiliki 2 partai politik untuk dipilih.


So, dari perbandingan tersebut, fenomena apakah yang terjadi di balik dunia perpolitikan Indonesia? Kenapa sih, negitu banyak parpol berikut calon legislative yang ingin menduduki peringkat pertama di perpolitikan Negara Gatot Kaca ini.
Jika memang begitu banyak tokoh yang ingin menjadi pemimpin Negara atau setidaknya calon legislative, artinya begitu banyak tokoh yang ingin menjadikan dirinya sebagai wakil rakyat, penampung aspirasi masyarakat yang kemudian diteruskan ke pemerintahan. Wah betapa mulianya mereka.
Tapi, jujur, saya juga mempunyai pemikiran lain. Jangan-jangan, kursi legislative adalah ladang subur bagi calon-calon tersebut untuk mengumpulkan pundi-pundi kekayaannya. Padahal uang itu adalah milik Negara. Kalau demikian, itu artinya mereka tidak jera untuk korupsi dong. So, dimana letak amanah mereka?




Apalagi mengingat, beberapa anggota legislative pada periode sebelumnya melakukan tindakan korupsi,sebut saja Al- Amin Nasution, kalau yang tidak kenal namanya, itu lho suaminya penyanyi dangdut Kristina. Kalau tidak tahu juga, Tanya saja ke Paman Google yah.

Kalau hasil pemilu mendatang masih ada korupnya artinya, PODO WAE bin SAMI WAE alias SAMA AJA DONG...

Kamis, 19 Februari 2009

Indonesia Perlu Belajar dari Hillary…




SIAPA yang tidak tahu tentang berita ini. Dari pejabat hingga tukang becakpun tahu. Ini terbukti ketika beberapa saat lalu, aku membeli Koran di kios sekitar rumahku, seorang tukang becak menanyakan padaku, “mau liat berita tentang kedatangan Hillary ya, neng,” tanyanya. Dan aku pun mengiyakan pertanyaan itu.

Kunjungan Hillary Rodham Clinton sebagai Menteri Luar Negeri Amerika Serikat itu tentunya menarik simpati masyarakat Indonesia, namun tidak menutup kemungkinan cercaan tanda tidak menyetujui kehadiran tersebut dari beberapa pihak. Bagi saya pribadi, kunjungan mantan First Lady AS itu merupakan tanda bahwa ia sangat mendukung pemerintahan baru AS di bawah kepemimpinan Presiden Barrack Hosein Obama.

Dari sekian banyak pernyataan Hillary, ada satu pernyataan ketika istri Bill Clinton ini diwawancarai oleh Isyana Bagoes Oka (pembaca berita) dan Luna Maya (host) di acara musik Dahsyat produksi RCTI, Kamis (19/2). Yang berdasarkan pemahaman saya sebagai berikut,

“Saya memang kecewa saat kalah dalam pemilihan presiden atas Obama, meskipun saya memiliki pendukung yang banyak. Namun, karena saya terbiasa untuk berdemokrasi, kekalahan tersebut adalah hal yang biasa. Saya tersanjung ketika Obama meminta saya menjadi menteri luar negeri. Saya terima permintaan itu demi Presiden saya dan Negara yang saya cintai.”

Wah, kalimat yang keluar dari bibir milik ibu Chelsea Clinton itu seolah menyihir pemikiran saya untuk menulis artikel ini. Betapa tidak, seorang Hillary dapat menerima kekalahan tersebut sebagai hasil dari demokrasi di Negara Paman Sam tersebut. Bahkan, ia mendukung pemerintahan presiden terpilih Barrack Obama dan berjuang bersama Obama untuk memperbaiki eksistensi negaranya di mata dunia. Itu terbukti dengan sejumlah kunjungannya di beberapa negara asia dan eropa. Kunjungan yang mengusung perdamaian dunia.

Sebagian organisasi di Negara Bhineka Tunggal Ika ini tidak setuju bahkan melakukan aksi demo menolak kedatangan Hillary Clinton, karena mereka menganggap kunjungan ini merupakan kmuflase AS untuk menarik simpati Indonesia. Tapi bagi saya kunjungan wanita kelahiran 26 Oktober 1947 itu merupakan pembelajaran bagi bangsa Indonesia.

Semoga saja, siapapun tokoh yang berhasil menjadi pemimpin Negara Indonesia ini dapat merangkul pesaing politiknya untuk membangun bangsa, seperti yang telah dilakukan Barrack Obama. Semoga saja, siapapun yang kalah dalam pemilihan ini, memiliki sikap demokrasi seperti yang ditunjukkan oleh Hillary. Yaitu dengan berjuang bersama memperbaiki Negara yang telah diperjuangkan oleh pahlawan bangsa hingga merdeka. Yaitu dengan mendukung kebijakan dan kepemimpinan presiden terpilih nantinya.

Bukannya malah mencela kekurangan maupun kesalahan presiden terpilih. Apalagi menjadikan kekurangan tersebut sebagai senjata untuk menjatuhkan presiden, dengan harapan ia yang mencela itu akan terpilih sebagai penggantinya. Toh, tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Toh, presiden adalah manusia juga, yang tidak sempurna. So, untuk apa menuntut kesempurnaan seorang presiden. Karena kesempurnaan timbul karena adanya dukungan dan kerjasama.

Jujur, sebagai masyarakat awam, saya capek mendengar para pelaku politik saling berusaha untuk menjatuhkan pesaingnya. Namun, kehadiran Hillary Clinton memberikan angin segar bukan hanya untuk saya, tetapi juga untuk pelaku politik Indonesia yang sedang berebut kursi legislative serta tampuk kepresidenan.

Jadi, Hillary…telah membuktikan demokrasi perlu dimaknai dalam bersikap. Karena demokrasi bukanlah janji untuk memberikan pemanis di bibir belaka. Tidak ada salahnya kan, bangsa yang telah merdeka sejak 1945 ini belajar untuk memaknai kekalahan pemilu dalam berdemokrasi. Toh, presiden dan legislatif bukan milik satu individu atau parpol saja, tapi milik seluruh komponen bangsa.
Amin Ya Rabbal Alamin….

Rabu, 11 Februari 2009

Forgiven and Thankful

Saya sadar di tulisan saya ini banyak sekali kesalahan, kekeliruan dan kekurangan. Terutama foto-foto yang saya postkan di tulisan-tulisan saya.


Untuk itu, saya memohon maaf pada sahabat-sahabat blogger yang fotonya saya cantumnkan di tulisan saya. Karena saya tidak bermaksud untuk mengambil hak cipta.


Dan saya sangat berterimakasih atas dukungan sahabat-sahabat blogger yang telah meminjamkan saya untuk mencantumkan foto-foto anda. Terimakasih banyak ya...

Pontianak untuk Anak-Cucu ku (selesai-)



ENTAHLAH, apakah pemerintah yang terlalu banyak urusan sehingga tidak melihat potensi ini. Atau masyarakat yang tidak terlalu peduli akan potensi ini, sehingga mereka berbondong-bondong mendirikan pondokan yang terkesan membuat kumuh tepian sungai. Padahal, menurut seorang keluarga keturunan keistanaan yang sering kusapa dengan Om Syim, pernah mengatakan padaku bahwa daerah di tepian Sungai Kapuas merupakan amanah dari Sultan Hamid II. Lahan tersebut diamanatkan sebagai lokasi wisata bagi masyarakat kota. Namun, entah bagaimana ceritanya, bakal lokasi wisata tersebut menjadi kelihatan kumuh karena banyaknya pedagang kaki lima yang enggan untuk dipindahkan.

AKU masih ingat, ketika anggota dewan mengajukan pada pemerintah kota untuk menjadikan lahan tersebut sebagai Waterfront City. Issue tersebut kudengar ketika aku masih duduk di bangku kuliah. Kini, telah hamper dua tahun ku tinggalkan bangku kuliah, issue tersebut hanyalah sekadar issue, belum terealisasikan atau mungkin tidak akan menjadi kenyataan.
Sebagai warga Pontianak, tentunya issue perencanaan tersebut adalah sebuah kebahagiaan.


AKHIRNYA, Pontianak memiliki tempat wisata juga, pikirku saat itu. Karena tempat wisata seperti alun-alun Kapuas dan taman agro wisata lebih banyak dikunjungi oleh muda mudi yang berpacaran. Bahkan, aku pernah melihat pasangan yang sedang berciuman suatu waktu aku mengunjungi satu dari dua lokasi tersebut. Aku juga pernah secara tidak langsung mendengar transaksi seks komersil di satu tempat lainnya. Yang ada, aku bukannya refreshing, tapi gerah melihat kejadian tersebut. Sepertinya ini bukan rahasia lagi. Tentunya ini akan menjadi image kebebasan yang buruk bagi kota kesultanan ini. Atau memang, lokasi tersebut hanya diperuntukkan bagi pasangan yang sedang bergelora asmaranya sehingga mereka bertransaksi fisik seperti itu.


NAMUN demikian, banyak hal positif yang dapat kuceritakan bagi anak cucuku nanti. Hal positif yang kuharap dapat membangkitkan sisi positif mereka untuk mengenal kota yang kurindukan ini. Mulai dari event tahunannya seperti:
Naik Dango,
Pernak pernik lampion Imlek
yang digelar setiap tahun pada hari tahun baru masyarakat Tionghoa,
Robok-robok,
Perang meriam yang diadakan tiap lebaran dan masih banyak lagi yang lain kali akan kujelaskan sesuai dengan versi dan pemahamanku.

Pontianak untuk Anak-Cucu ku (2)



PONTIANAK sebagaimana daerah lain di Indonesia, juga memiliki sejarah yang kini hamper jarang diceritakan pada generasi muda. Tapi aku wajib menceritakan pada anak cucuku kelak tentang kisah perjuangan Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie mendirikan Kota Pontianak ini pada 23 Oktober 1771. Tentang bagaimana pasukan Sultan Pertama Pontianak ini mengalahkan ketakutan dengan ke-ikhtiarannya pada Alloh SWT karena pada waktu itu, kota dihantui oleh makhluk halus yang bernama Kuntilanak. Tentang bagaimana Sultan menentukan letak istananya berdasarkan tempat jatuhnya tiga peluru yang ditembakkan dari meriamnya. Peluru pertama sebagai komplek pemakaman keluarga Istana Kadariyah, peluru kedua sebagai tempat didirikannya masjid pertama di Pontianak yaitu Masjid Jami, dan peluru ketiga sebagai penunjuk lokasi dibangunnya istana cikal bakal pemerintahan Kota Pontianak. Hingga akhirnya kini Pontianak menjadi kota akulturasi dari berbagai macam kebudayaan, di antaranya dayak, melayu, tionghoa, dan jawa.

PONTIANAK juga memiliki tokoh-tokoh kepahlawanan yang pantas dikenang dari lingkungan keistanaan. Hanya saja, tokoh-tokoh tersebut seakan terlupakan karena setahuku, tidak ada nama-nama mereka yang disebutkan ketika aku atau adik-adikku masih bersekolah. Bahkan, Sultan Hamid II yang berjasa bagi Indonesia pun hamper tidak dikenal. Aku pernah bertanya pada adikku yang kini bersekolah di sekolah menengah atas. Ia menjawab bahwa Sultan Hamid II adalah pahlawan yang diabadikan namanya menjadi nama jalan. Tapi ia tidak tahu kenapa Sultan Hamid II dianggap sebagai pahlawan.
Yah, banyak yang tidak tahu bahwa Sultan Hamid II tidak hanya dikenal di Pontianak pada masanya. Tapi ia juga sangat berjasa bagi Negara Indonesia ini. Ia adalah tokoh yang mempersembahkan karyanya berupa Lambang Burung Garuda untuk Indonesia. (http://swaramuslim.com/galery/more.php?id=A5657_0_18_0_M)


PONTIANAK, andaikan pemerintah dan masyarakat jeli melihat potensi pariwisata dan history yang terkandung di dalamnya. Aku masih ingat ketika menyusuri sungai Kapuas, yang terlintas dibenakku sungai ini dapat dikembangkan menjadi asset wisata selayaknya di Venesia, Italia. Meskipun kota yang dilintasi Equator Line ini panas, tapi hijaunya pepohonan dan gelombang kecil air sungai menyejukkan pemandangan. Pengunjung dapat menikmati pemandangan kota dengan menggunakan sampan, atau kapal bermotor sambil merasakan desiran angin sepoi dan riak sungai.


PENGUNJUNG juga dapat menikmati Sunset hingga lampu-lampu sudut kota pada malam hari dinyalakan sambil menikmati makanan khas Pontianak di atas kapal bermotor seperti Kapal Galaherang ataupun Sarasan. Jika pengunjung hanya sekedar duduk berlama-lama di tepai sungai, banyak kafe terapung seperti Sarasan dan Pak We yang menyediakan fasilitas tersebut. Duduk sambil menikmati seafood yang menggiurkan, Yummy, aku jadi kepingin deh.

---> Pontianak untuk Anak-Cucu ku (1)<---


PONTIANAK adalah tanah kelahiranku, tanah aku dibesarkan, tanah tempat aku menimba ilmu, dan tanah dimana ku temukan sahabat yang menjadikan hidupku berwarna. Tanah itu adalah ketika aku belum melangkahkan kakiku ke Kota Kembang pada November 2008.

PONTIANAK kini adalah tanah yang kurindukan selalu.Tanah yang takkan pernah kubisa kulupakan, bukan karena aku selama lebih 23 tahun meminum air kapuasnya, tapi karena di sanalah keluarga yang kusayangi menantiku. Karena kini aku berada diParisj Van Java untuk mendapatkan kesuksesan agarku bisa bahagiakan keluargaku dengan caraku sendiri.

PONTIANAK merupakan tanah impianku. Kota ini memberikanku banyak kenangan indah untuk kuceritakan, dan banyak pula kenangan menyedihkan untuk kujadikan pelajaran. Jika aku telah menikah nanti, ku ingin menceritakan Kota Khatulistiwa ini kepada anak cucuku. Ku akan mendoktrin mereka tuk merindukan kota ini sebagaimana ku merindukannya.


PONTIANAK memiliki sungai terpanjang di Indonesia sepanjang 1143 km, begitu ceritaku padanya. Sungai itu bernama Sungai Kapuas. Saking panjangnya, sungai ini menghubungkan setiap kabupaten yang dilintasinya. Sungai ini termasuk kaya, ini terbukti adanya beberapa tambang emas yang mencemari sungai indah ini dengan kandungan mercury yang membahayakan kesehatan. Ini dikarenakan, sungai ini menjadi urat nadi masyarakat setempat. Airnya biasanya diminum, untuk mandi, mencuci, bahkan keperluan pembuangan masyarakat. Lintasannya yang panjang digunakan sebagai jalur transportasi air. Tidak heran hampir setiap saat, kapal bermotor, sampan, kapal tongkang pengangkut kayu dan bahan bakar, jet speed express, kapal nelayan bahkan kapal muatan antar propinsi melintasi sungai ini. Bahkan sungai ini menjadi rumah bagi lebih dari 300 jenis ikan, satu di antaranya adalah ikan kerapu.


PONTIANAK memiliki tugu khatulistiwa. Ini dikarenakan lintasan garis equator tepat melintasi ibukota Kalimantan Barat ini. Untuk itu, dibangunlah tugu khatulistiwa pada tahun 1928 oleh pemerintah Belanda. Awalnya tugu tersebut berupa tonggak dengan tanda panah di bagian atasnya. Di sekitar tugu inilah, titik kulminasi dapat dilihat. Artinya, satu waktu ketika matahari tepat berada di atas kepala sehingga bayangan tidak tampak sama sekali. Pada titik kulminasi inilah, masyarakat dan kota Pontianak melakukan upacara kebudayaan, dengan mempersembahkan tari-tarian multicultural Melayu, Dayak, dan Tionghoa. Untuk itu, aku harap anak cucuku nantinya dapat menghadiri upacara titik kulminasi ini setiap 21-23 Maret dan 21-23 September. Sebagaimana banyaknya pengunjung domestik dan internasional yang mendatangi saat tersebut.

Jumat, 06 Februari 2009

Ular Sebesar Bus di Daerah Garis Khatulistiwa



Baru-baru ini, sebuah penemuan fosil ular super ‘Gede’ di Cerrejon, Kolombia tentu menggemparkan bagi kalangan ilmuwan maupun masyarakat awam. Namun bagi saya pribadi, ada yang lebih menggemparkan lagi, yaitu pernyataan Jason Head, ilmuwan asal Universitas Toronto di Mississausa, Canada.
Ular yang bernama Titanoboa cerrejonensis itu berpotensi hidup di daerah garis khatulistiwa, terutama di Amerika Latin dan Asia Tenggara. Daerah sekitar garis khatulistiwa memiliki suhu tinggi, sekitar 30-34 derajat celcius. Itu artinya, menjadi habitat yang baik bagi pertumbuhan binatang melata berdarah dingin seperti ular. Semakin tinggi suhu daerah tersebut, maka semakin tinggi pula pergerakan pertumbuhan dan perkembangan tubuh si ular.
So, aku tinggal di daerah bersuhu tropis yang hangat di sekitar khatulistiwa, Indonesia. Jangan-jangan ular yang diperbincangkan memiliki berat sekitar satu ton, panjang sekitar 14 meter, dan ketebalan tubuhnya mencapai pinggang orang dewasa akan mencaplokku sewaktu-waktu. Apa gak gila itu namanya…
Ups, tentu aja itu tidak gila. Pasalnya ular yang ditemukan oleh tim peneliti yang dipimpin oleh Jason Head tersebut hanyalah sekedar fosil. Fosil itu ditemukan di Cerrejon (kawah besar bekas tambang batu bara di Kolombia). Kini fosilnya disimpan di Museum Natural of History, University of Florida.
Menurut peneliti, ular tersebut diduga masih saudara tua ular boa. Tapi, sifatnya mirip dengan anaconda, lebih banyak menghabiskan waktu di dalam air. Ular yang memiliki nama berarti ular boa yang sangat kuat dari Cerrejon ini memiliki tubuh yang terlampau berat, panjang, dan besar. Ular berukuran sebesar bus itu hidup setelah masa punahnya TyrannosaurusRex. Eneliti memperkirakan sekitar 60 juta tahun lalu.
Selama ini kita mengenal anaconda hijau yang bobotnya mencapai 250 kilogram. Bagi yang tidak tahu anaconda hijau, silakan menonton filmnya Jennifer Lopez yang bertarung melawan seekor ular panjang dan besar. Bagi yang belum pernah menonton, silakan beli DVDnya yang berjudul Anaconda. Selain itu, panjang titanoboa melebihi panjang raja ular phyton. Raja ular phyton hanya memiliki panjang sekitar 10 meter.
Dengan tubuh sebesar ini, bisa dibayangkan makanan seperti apakah yang dipilih oleh si titanoboa. Head mengatakan, makanan yang melewati kerongkongan ular monster ini bisa saja berukuran besar. Bisa berupa sapi, buaya, ikan besar, atau ikan besar dengan sekali telan.
Suhu di dunia memang semakin tinggi akibat global warming atau pemanasan global yang memungkinkan adanya ular super gede hidup di dunia ini. Namun fosil hanya sekedar fosil. Head beserta ilmuwan lainnya yakin, tidak akan ada lagi ular seraksasa itu yang ada di jagad raya ini.
Titanoboa memecahkan rekor panjang ular yang ditemukan sebelumnya di Mesir yang diperkiraan hidup 40 juta tahun lalu. Sejauh ini ilmuwan telah menemukan 180 fosil tulang belakang dan tulang iga dari lusinan ular. Ilmuwan juga akan kembali untuk mencari bagian tulang tengkorak.
Fosil Titanoboa juga memberikan petunjuk lingkungan di masa itu. Fosil itu menunjukkan suhu di masa itu jauh lebih hangat dibandingkan pada masa kini. Temperatur tampaknya terus naik hingga sekarang.
“Tidak akan ada lagi ular raksasa karena kita sudah memusnahkan habitat mereka dengan pembangunan dan penebangan hutan di wilayah ekuator,”paparnya.
Di lain sisi, penemuan fosil Titanoboa ini memberikan berita bagus bagi masyarakat dunia. Carlos Jaramillo, peneliti yang ikut dalam penemuan ini menyatakan pendapat yang berbeda daripada peneliti lainnya. Ia menduga penemuan ini menandakan suhu udara di ekuator 58-60 juta tahun lalu lebih hangat daripada saat ini. Selisihnya 3-4 derajat Celsius. "Besaran suhu itu menunjukkan hutan hujan tropis Kolombia saat itu jauh lebih panas daripada hutan hujan tropis modern mana pun di dunia," ujar Carlos Jaramillo.
Jika hitung-hitungan itu tepat, bisa berarti kabar baik. Simulasi tentang pemanasan global memperhitungkan laju kenaikan suhu udara di muka Bumi ini bervariasi, 1,8-4 derajat Celsius hingga 2100 nanti. "Jika ular itu benar bisa sebagai penuntun, hutan hujan tropis saat ini bisa tetap bertahan menghadapi pemanasan global," kata Jaramillo.
Jadi, Masya Alloh dulu baru Alhamdulillah, kan…