Rabu, 11 Februari 2009

---> Pontianak untuk Anak-Cucu ku (1)<---


PONTIANAK adalah tanah kelahiranku, tanah aku dibesarkan, tanah tempat aku menimba ilmu, dan tanah dimana ku temukan sahabat yang menjadikan hidupku berwarna. Tanah itu adalah ketika aku belum melangkahkan kakiku ke Kota Kembang pada November 2008.

PONTIANAK kini adalah tanah yang kurindukan selalu.Tanah yang takkan pernah kubisa kulupakan, bukan karena aku selama lebih 23 tahun meminum air kapuasnya, tapi karena di sanalah keluarga yang kusayangi menantiku. Karena kini aku berada diParisj Van Java untuk mendapatkan kesuksesan agarku bisa bahagiakan keluargaku dengan caraku sendiri.

PONTIANAK merupakan tanah impianku. Kota ini memberikanku banyak kenangan indah untuk kuceritakan, dan banyak pula kenangan menyedihkan untuk kujadikan pelajaran. Jika aku telah menikah nanti, ku ingin menceritakan Kota Khatulistiwa ini kepada anak cucuku. Ku akan mendoktrin mereka tuk merindukan kota ini sebagaimana ku merindukannya.


PONTIANAK memiliki sungai terpanjang di Indonesia sepanjang 1143 km, begitu ceritaku padanya. Sungai itu bernama Sungai Kapuas. Saking panjangnya, sungai ini menghubungkan setiap kabupaten yang dilintasinya. Sungai ini termasuk kaya, ini terbukti adanya beberapa tambang emas yang mencemari sungai indah ini dengan kandungan mercury yang membahayakan kesehatan. Ini dikarenakan, sungai ini menjadi urat nadi masyarakat setempat. Airnya biasanya diminum, untuk mandi, mencuci, bahkan keperluan pembuangan masyarakat. Lintasannya yang panjang digunakan sebagai jalur transportasi air. Tidak heran hampir setiap saat, kapal bermotor, sampan, kapal tongkang pengangkut kayu dan bahan bakar, jet speed express, kapal nelayan bahkan kapal muatan antar propinsi melintasi sungai ini. Bahkan sungai ini menjadi rumah bagi lebih dari 300 jenis ikan, satu di antaranya adalah ikan kerapu.


PONTIANAK memiliki tugu khatulistiwa. Ini dikarenakan lintasan garis equator tepat melintasi ibukota Kalimantan Barat ini. Untuk itu, dibangunlah tugu khatulistiwa pada tahun 1928 oleh pemerintah Belanda. Awalnya tugu tersebut berupa tonggak dengan tanda panah di bagian atasnya. Di sekitar tugu inilah, titik kulminasi dapat dilihat. Artinya, satu waktu ketika matahari tepat berada di atas kepala sehingga bayangan tidak tampak sama sekali. Pada titik kulminasi inilah, masyarakat dan kota Pontianak melakukan upacara kebudayaan, dengan mempersembahkan tari-tarian multicultural Melayu, Dayak, dan Tionghoa. Untuk itu, aku harap anak cucuku nantinya dapat menghadiri upacara titik kulminasi ini setiap 21-23 Maret dan 21-23 September. Sebagaimana banyaknya pengunjung domestik dan internasional yang mendatangi saat tersebut.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Meskipun sudah merantau 20 tahun lebih tapi kecintaan kepada pontianak tidak pernah pudar. Mari kita bangun bersama pontianak menjadi kota venesia yang indah.

Unknown mengatakan...

tolong bantu aku mengenal pontianak
sy akan menuju pontianak untuk bertugas di karantina ikan bandara supadio pontianak...
sy sm sekali tidak mengenal pontianak..
yang sy dengar katanya disana susah air bersih ? apakah demikian ?
biaya hidup mahal ?
tq atas bantuannya.........