Jumat, 06 Februari 2009

Ular Sebesar Bus di Daerah Garis Khatulistiwa



Baru-baru ini, sebuah penemuan fosil ular super ‘Gede’ di Cerrejon, Kolombia tentu menggemparkan bagi kalangan ilmuwan maupun masyarakat awam. Namun bagi saya pribadi, ada yang lebih menggemparkan lagi, yaitu pernyataan Jason Head, ilmuwan asal Universitas Toronto di Mississausa, Canada.
Ular yang bernama Titanoboa cerrejonensis itu berpotensi hidup di daerah garis khatulistiwa, terutama di Amerika Latin dan Asia Tenggara. Daerah sekitar garis khatulistiwa memiliki suhu tinggi, sekitar 30-34 derajat celcius. Itu artinya, menjadi habitat yang baik bagi pertumbuhan binatang melata berdarah dingin seperti ular. Semakin tinggi suhu daerah tersebut, maka semakin tinggi pula pergerakan pertumbuhan dan perkembangan tubuh si ular.
So, aku tinggal di daerah bersuhu tropis yang hangat di sekitar khatulistiwa, Indonesia. Jangan-jangan ular yang diperbincangkan memiliki berat sekitar satu ton, panjang sekitar 14 meter, dan ketebalan tubuhnya mencapai pinggang orang dewasa akan mencaplokku sewaktu-waktu. Apa gak gila itu namanya…
Ups, tentu aja itu tidak gila. Pasalnya ular yang ditemukan oleh tim peneliti yang dipimpin oleh Jason Head tersebut hanyalah sekedar fosil. Fosil itu ditemukan di Cerrejon (kawah besar bekas tambang batu bara di Kolombia). Kini fosilnya disimpan di Museum Natural of History, University of Florida.
Menurut peneliti, ular tersebut diduga masih saudara tua ular boa. Tapi, sifatnya mirip dengan anaconda, lebih banyak menghabiskan waktu di dalam air. Ular yang memiliki nama berarti ular boa yang sangat kuat dari Cerrejon ini memiliki tubuh yang terlampau berat, panjang, dan besar. Ular berukuran sebesar bus itu hidup setelah masa punahnya TyrannosaurusRex. Eneliti memperkirakan sekitar 60 juta tahun lalu.
Selama ini kita mengenal anaconda hijau yang bobotnya mencapai 250 kilogram. Bagi yang tidak tahu anaconda hijau, silakan menonton filmnya Jennifer Lopez yang bertarung melawan seekor ular panjang dan besar. Bagi yang belum pernah menonton, silakan beli DVDnya yang berjudul Anaconda. Selain itu, panjang titanoboa melebihi panjang raja ular phyton. Raja ular phyton hanya memiliki panjang sekitar 10 meter.
Dengan tubuh sebesar ini, bisa dibayangkan makanan seperti apakah yang dipilih oleh si titanoboa. Head mengatakan, makanan yang melewati kerongkongan ular monster ini bisa saja berukuran besar. Bisa berupa sapi, buaya, ikan besar, atau ikan besar dengan sekali telan.
Suhu di dunia memang semakin tinggi akibat global warming atau pemanasan global yang memungkinkan adanya ular super gede hidup di dunia ini. Namun fosil hanya sekedar fosil. Head beserta ilmuwan lainnya yakin, tidak akan ada lagi ular seraksasa itu yang ada di jagad raya ini.
Titanoboa memecahkan rekor panjang ular yang ditemukan sebelumnya di Mesir yang diperkiraan hidup 40 juta tahun lalu. Sejauh ini ilmuwan telah menemukan 180 fosil tulang belakang dan tulang iga dari lusinan ular. Ilmuwan juga akan kembali untuk mencari bagian tulang tengkorak.
Fosil Titanoboa juga memberikan petunjuk lingkungan di masa itu. Fosil itu menunjukkan suhu di masa itu jauh lebih hangat dibandingkan pada masa kini. Temperatur tampaknya terus naik hingga sekarang.
“Tidak akan ada lagi ular raksasa karena kita sudah memusnahkan habitat mereka dengan pembangunan dan penebangan hutan di wilayah ekuator,”paparnya.
Di lain sisi, penemuan fosil Titanoboa ini memberikan berita bagus bagi masyarakat dunia. Carlos Jaramillo, peneliti yang ikut dalam penemuan ini menyatakan pendapat yang berbeda daripada peneliti lainnya. Ia menduga penemuan ini menandakan suhu udara di ekuator 58-60 juta tahun lalu lebih hangat daripada saat ini. Selisihnya 3-4 derajat Celsius. "Besaran suhu itu menunjukkan hutan hujan tropis Kolombia saat itu jauh lebih panas daripada hutan hujan tropis modern mana pun di dunia," ujar Carlos Jaramillo.
Jika hitung-hitungan itu tepat, bisa berarti kabar baik. Simulasi tentang pemanasan global memperhitungkan laju kenaikan suhu udara di muka Bumi ini bervariasi, 1,8-4 derajat Celsius hingga 2100 nanti. "Jika ular itu benar bisa sebagai penuntun, hutan hujan tropis saat ini bisa tetap bertahan menghadapi pemanasan global," kata Jaramillo.
Jadi, Masya Alloh dulu baru Alhamdulillah, kan…

Tidak ada komentar: