Senin, 23 Februari 2009

Mau milih, Bingung… Golput, Haram…

Dua hari yang lalu, saya menonton sebuah tayangan di stasiun televisi swasta Trans 7. Karena itu, saya berniat untuk membuat tulisan ini. Tapi, karena beberapa hal tekhnis, cielaaa…saya baru bisa menampilkan tulisan ini di blog saya, ririn777.blogspot.com, hari ini.

Berita tersebut menayangkan tentang tanggapan warga di sebuah propinsi di Sulawesi (ups, sorry…agak lupa tepatnya) mengenai rencana mereka dalam pemilihan umum 2009 mendatang. Beberapa warga yang dimintai tanggapannya mengaku bingung siapakah calon legislative yang mereka jagokan untuk mewakili aspirasi mereka di pemerintahan.


Bagi mereka, memilih satu idola dari 34 partai politik saja sudah membuat kepala puyeng, apalagi memilih satu calon legislative dari sekian puluh calon lainnya untuk satu parpol. Jika untuk DPRD Tingkat Kotamadya, satu parpol mencalonkan limapuluh kontestan untuk menduduki kursi panas kedewanan, ada berapakah calon yang harus dikenali oleh pemilih, jika jumlah parpol mencapai 34. Kebayang gak sih bingungnya. Mau itung-itungan aja bingung, apalagi mengenal calon pilihan, yang pasti bungin dech….
Tapi itu kebingungan yang rumit, menurut saya. Ada kebingungan yang simple. Saya masih ingat ketika sebagai pemilih pada tahun 2004, saya harus membuka lembaran kertas suara seolah sedang membuka lembaran koran. Itu untuk satu lembaran untuk 24 parpol aja. Apalagi untuk pemilihan 2009 ntar. Bakal selebar apakah lembaran surat suaranya dengan 34 parpol???
Ah yang jelas, untuk pemilihan ntar bingungin dech. Kalo gak milih alias Golput, ntar dibilang haram lagi. Padahal kan, saya pribadi memilih Golput karena bingung. Jadi menjadi bingnung, haram juga dong…???
Kenapa ya, Indonesia sekarang mempunyai parpol sebanyak 34 buah. 34 Parpol yang harus dipilih oleh negara berkembang seperti Indonesia . Sedangkan di negara adidaya yang kemajuannnya sudah tidak diragukan lagi, Amerika Serikat saja hanya memiliki 2 partai politik untuk dipilih.


So, dari perbandingan tersebut, fenomena apakah yang terjadi di balik dunia perpolitikan Indonesia? Kenapa sih, negitu banyak parpol berikut calon legislative yang ingin menduduki peringkat pertama di perpolitikan Negara Gatot Kaca ini.
Jika memang begitu banyak tokoh yang ingin menjadi pemimpin Negara atau setidaknya calon legislative, artinya begitu banyak tokoh yang ingin menjadikan dirinya sebagai wakil rakyat, penampung aspirasi masyarakat yang kemudian diteruskan ke pemerintahan. Wah betapa mulianya mereka.
Tapi, jujur, saya juga mempunyai pemikiran lain. Jangan-jangan, kursi legislative adalah ladang subur bagi calon-calon tersebut untuk mengumpulkan pundi-pundi kekayaannya. Padahal uang itu adalah milik Negara. Kalau demikian, itu artinya mereka tidak jera untuk korupsi dong. So, dimana letak amanah mereka?




Apalagi mengingat, beberapa anggota legislative pada periode sebelumnya melakukan tindakan korupsi,sebut saja Al- Amin Nasution, kalau yang tidak kenal namanya, itu lho suaminya penyanyi dangdut Kristina. Kalau tidak tahu juga, Tanya saja ke Paman Google yah.

Kalau hasil pemilu mendatang masih ada korupnya artinya, PODO WAE bin SAMI WAE alias SAMA AJA DONG...

Tidak ada komentar: